Minggu, 30 Maret 2014

Tak Lama

Bukan Sabit atau Purnama

Serumpun cahaya pagi ini tetap menyala
Meski tertiup sepoi angin 
Berpijar bersama satu asa yang besar
Meski harus takluk pada terang matahari

Bagiku cahayamu tetap menyala 
Meski tak terlihat oleh telanjangnya mata
Percaya dan terus percaya..
cahayamu tetap ada dan selalu ada

Tak Lama..
Setelah senja tentu cahayamu semakin nyata
Dan aku membutuhkannya
Untuk menerangi gelap anganku akan bayangnya

Bukan sabit,bukan pula purnama
Tapi nyalamu adalah pelita
Tetaplah berpijar
Pada jiwa yang membutuhkan ketegaran
Seperti aku..

Cahayamu di ruang hatiku
Menegaskan segala bentuk nyata
Dari cinta yang tak padam di hatiku




Jumat, 13 Desember 2013

Menunggu Pagi Kembali

Aku rindu semuanya,,
Aku rindu masa kecilku yang riang gembira tanpa beban hidup seperti saat ini.
Sungguh aku merindukan saat-saat seperti itu..!!

Pikiranku kosong mmenatap wajah hari yang kian muram. Kulihat tak ada makna di sekelilingku. Masih seperti biasa, jam dinding yang terpajang di kamarku berputar dari kiri ke kanan melewati angka satu dan kembali lagi ke angka satu. Tak ada yang istimewa di hari ini. Anginpun masih ragu-ragu untuk berhembus di pagi yang sedikit berawan. Belum terlihat banyak aktifitas di luar rumah. Tukang somay keliling yang biasa menjajakan dagangannya di sepanjang jalan desa ini pun belum nampak batang hidungnya. Aku teringat masa kecilku dulu saat aku masih berumur kira-kira empat setengah tahun. Waktu itu aku yang belum mengenal dosa merengek-rengek minta dibelikan somay,yang belakangan kusadari kalau jajanan yang satu ini benar-benar menggoda selera. Aku rindu semuanya. Aku rindu masa kecilku yang riang gembira tanpa beban hidup seperti saat ini. Sungguh aku merindukan saat-saat seperti itu.
Nampaknya aku harus sedikit bersabar untuk sekedar menunggu datangnya hari yang bahagia seperti dulu. Setelah menghabiskan hari-hari (tentu saja hari-hari yang dihitung oleh kalender) tanpa ada yang istimewa, aku berharap hari ini ada sedikit kebahagiaan yang aku dapatkan. Memang harapanku tak begitu besar untuk hari ini. Namun tak ada salahnya jika aku tetap sedikit berharap,meski hanya sedikit. Sedikit..!!Tak muluk-muluk dalam doaku,aku hanya ingin mengerti bagaimana menikmati hidup yang biasa-biasa saja ini menjadi lebih dari yang biasa. Bukan...Bukan hanya teori maksudku. Memang setiap orang mampu berteori, berdasarkan pengalamannya masing masing. Tapi tak banyak orang yang mengerti akan teori yang mereka keluarkan. Bahkan, sebagian besar dari mereka memberikan teori yang hanya menghasilkan omong kosong belaka.Tentang fanatisme, idealisme dan isme-isme mereka yang lain,justru terkadang menimbulkan pertentangan dalam diri mereka. Semisal ketika idealisme mereka mengatakan A,namun pada realita yang ada mereka memilih B,C atau D untuk diaplikasikan. Memang sich tak salah,tapi apakah itu tak saling bertentangan ?? Apakah aku harus sama seperti mereka?? Memang mudah kalau hanya mencari kata-kata mutiara yang sesuai, akupun mampu (Tak dapat dipungkiri bahwa setiap orang akan berlindung pada kata-kata bijak yang bisa mewakili dirinya, entah itu dalam keadaan apapun -meski tak semua orang begitu-). Tapi bagaimana kalau aku harus mencari sebuah kebenaran diantara kebenaran-kebenaran yang ada, hingga akhirnya aku menemukan sebuah kebahagiaan??Kini aku mengerti kenapa aku harus mempelajari ilmu dalam perspektif. Namun bukankah perspektif itu mengaburkan kepastian? Ah..pikiranku tak akan sampai untuk menuju ke sana. Dan sampai saat ini akupun hanya mampu menyimpulkan untuk diriku sendiri bahwa hidup memang harus menunggu. Seperti halnya kita akan menyebut buah semangka sebagai buah yang manis,maka kita harus menunggu buah itu besar dan matang.Entahlah..!! aku rasa setiap orang memaknai hidup dengan berbagai perspektif. Kalau sudah begini, rasa-rasanya aku ingin kembali ke masa kecilku..

Kesunyian Malam

Malam merambat semakin larut
Desir angin bertiup lembut
Perlahan menerpa tubuh seorang  yang kalut

Terdiam di sudut malam
Angannya menerawang dalam cahaya temaram
Mencari makna dibalik deret makna
Terus termenung, sendiri dalam luka

Bulir air matanya jatuh tak tertahan
Mengikuti bibir yang tak henti bertasbih
Memasrahkan diri dengan doa-doa
Tersungkur lemah dihadapan-Nya

Aku Malam

Aku malam..
Terangku adalah gelap
Gelapku Adalah gulita

Aku malam..
Waktu untukmu melepas penat
Merebahkan tubuhmu yang kian rapuh

Aku malam..
Yang menjagamu saat kau lelap
Menenangkanmu kala kau gelisah
Menyuguhkan bintang-bintang
Menampilkan sabit serta purnama

Aku malam..
Yang memberi mimpi bagimu
Sebagai bunga dalam lelapmu

Aku malam..

Aporisma

Ketika semua diam
Aku mulai untuk tersenyum

Ketika aku bingung
Semua bungkam
Ketika aku bungkam
Semua mengacuhkan